Kesenian Rudat

A.Pengertian seni Rudat

Secara etimologis rincian istilah Rudat belum ditemukan secara jelas, namun menurut Iyus Rusyana istilah ini bisa dicari dari bahasa arab Rudatun yang artinya taman bunga, dalam hal ini berarti bunganya pencak. Sedangkan menurut Enoch Atmadibrata, Rudat adalah salah satu jenis kesenian yang di dalamnya terdapat bentuk tarian yang diiringi oleh musik terbangan dimana unsur tarinya banyak unsur agama, seni bela diri dan seni suaranya. Dalam penjelasan lain dikatakan bahwa Rudat adalah sejenis kesenian tradisional yang semula tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren.



Seni Rudat merupakan paduan seni gerak dan vocal diiringi tabuhan ritmis dari waditra sejenis terbang. Syair-syair yang terkandung dalam nyanyiannya bernafaskan keagamaan yaitu puji-puji yang mengagungkan Allah, shalawat pada Rasul dengan tujuan untama untuk lebih menebalkan iman masyarakat terhadap agama islam dan kebesaran Allah. Dengan demikian seni Rudat adalah paduan seni gerak dan vocal yang diiringi musik terbangan di mana di dalamnya terdapat unsur keagamaan, beladiri dan seni suara.

B.Fungsi Seni Rudat

Pertunjukkan seni terbangan (termasuk Rudat) pada mulanya bertujuan untuk penyebaran agama islam yang dilaksanakan pada setiap acara:
a. Mauludan, yaitu upacara memperingati hari lahirnya Nabi

Muhammad SAW.
b. Rajaban, yaitu memperingati Isra Mi’raj
c. Hari Raya Idul Fitri
d. Hari Raya Idul Adha

Seni Rudat sendiri bertujuan untuk mendidik masyarakat agar menjadi manusia yang bermoral tinggi berlandaskan agama islam dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT sehingga terwujud manusia berbudaya, berbudi pekerti luhur disertai keimanan yang kuat. Pada perkembangan berikutnya, seni Rudat biasa dipertunjukkandlm acara-acara:
a. Sarana hiburan di lingkungan pesantren
b. Sarana acara hiburan dalam upacara perkawinan atau

khitanan
c. Dipakai untuk menjemput para Sultan/tamu-tamu
d. Sarana dakwah dalam penyebaran agama islam.

Di Banten sekarang ini, seni Rudat berfungsi pula sebagai hiburan ketika upacara pernikahan, yaitu ketika mengiring pengantin terutama saat menjemput pengantin pria. Juga dilakukan pada saat khitanan yaitu ketika mengarak anak yang disunat ke tempat pemandian bahkan sekarang berkembang menjadi seni hiburan rakyat.
Sejarah Perkembangan Seni Rudat
Perkembangan
seni
Rudattidak
terlepas
dari

upaya penyebaran agama islam oleh Wali Songo. Diantaranya Sunan Gunung Jati yaitu Syarif Hidayatullah. Semasa hidupnya Sunan Gunung Jati menyebarkan agama islam di Jawa Barat (dan Banten) dibantu oleh murid-muridnya, pada tahun 1450-1500 M ketika sebagian besar penduduk masih beragama Hindu, beliau mengutus lima utusan dari Cirebon yaitu Sacapati, Madapati, Jayapati, Margapati dan Warga Kusumah. Atas petunjuk Sunan Gunung Jati diharuskan mengembangkan agama islam diantaranya dengan pertunjukkan kesenian yang meniru kesenian di tanah Mekkah yaitu Genjring yang terbuat dari potongan-potongan kayu.

Setelah terbentuk dinamakan terebang. Terebang maksudnya untuk menghubungkan batiniah antara manusia dengan Tuhan-nya yaitu Allah SWT yang menguasai dan menciptakan alam semesta beserta isinya. Alat yang dibuat waktu itu baru satu buah, maka dengan bantuan murid-muridnya dibuat lagi empat hingga berjumlah lima yang merupakan symbol rukun islam. Selain itu dibuat lagi satu buah kendang besar sebagai pelengkap karena dengan kelima waditra itu dirasakan belum lengkap. Dengan demikian jumlah nayaga pun berjumlah enam orang.
Seni Rudat di Banten sudah ada sejak abad XVI sejak zaman
Sultan Ageng Tirtayasa dan kemudian berkembang dpesantren-pesantren sebagai hiburan atau pergaulan para santri di waktu senggangnya dengan nyanyian yang isinya memuji kebesaran Allah SWT sambil menari dengan gerak pencak silat. Tarian ini dilakukan oleh laki-laki pada mulanya, tapi sekarang di Banten dilakukan pula oleh wanita. Dalam perkembangannya, seni Rudat menjadi seni pertunjukkan yang dapat dilaksanakan ketika upacara menyambut hari ulang tahun kemerdekaan, upacara pernikahan, khitanan maupun hiburan rakyat lainnya.

D.Para Pemain dan Waditra Seni Rudat

Jumlah pemain Rudat berkisar antara 12 sampai 24 orang, mulai dari jumlah yang menabuh waditra / alat sampai sebagai penari dan sebagai penyanyi. Waditra yang digunakan terbuat dari bahan-bahan yang ada dilingkungan, jenis waditranya adalah seperti di bawah ini:
•Ketimpring, berbentuk bulat seperti tempayan, terbuat

dari kayu dan kulit kerbau, dengan ukuran muka garis tengahnya 36 cm, belakang garis tengahnya 26 cm dan tingginya 18 cm, ketebalan kayu 1 cm, ditambah kerincingan antara 2 sampai 3 buah. Cara menggunakan alat ini dengan dipukul.
•Tojo, berbentuk bulat seperti tempayan, terbuat dari

kayu dan kulit kerbau, dengan ukuran muka garis tengahnya 37 cm, belakang garis tengahnya 26 cm tingginya 18 cm, dengan ketebalan kayu 1 cm, kencringan berjumlah 2 sampai 3 buah. Caramenggunakan alat ini dengan dipukul sebagai pokok
lagu atau melodi.
•Nganak, berbentuk bulat seperti tempayan, terbuat dari

kayu dan kulit kerbau dengan ukuran muka bergaris tengah 36 cm, belakang bergaris tengah 26 cm dengan tinggi 18 cm dan ketebalan kayu 1 cm. alat ini digunakan dengan cara dipukul secara kemprangan sebagai alat pengiring.
•Gendrung, berbentuk bulat seperti tempayan, terbuat

dari kayu dan kulit kerbau, memiliki ukuran muka dengan garis tengah 37 cm, dan garis tengah belakang 27 cm, tinggi 18 cm dengan ketebalan kayu 1 cm. penggunaan alat dipukul secara kamprang dengan tangan yang digunakan sebagai pengiring.
•Jidor, berbentuk bulat seperti bedug, terbuat dari kayu

dan kulit kerbau. Ukuran garis tengah dan belakangnya 44 cm dan tinggi 47 cm. alat ini dipukul dengan pemukul khusus dari kayu.

Setiap alat dimainkan oleh seorang pemain. Pada saat pertunjukan para pemain masuk dengan menghadap pada penonton dan berjejer kebelakang.

E.Pola Permainan Seni Rudat

Dari segi gerak, Rudat menggunakan gerakan silat, namun dalam Rudat unsur tenaga tidak banyak mempengaruhi. LaguRudat hampir sebagian besar bernafaskan agama. Sedangkan gerakannya terdiri dari gerakan kaki yang serempak ketika melangkah ke depan, belakang dan samping yang melambangkan perlunya kesamaan langkah dan keserasian. Bentuk koreografi sederhana ini dilakukan dalam pola langkah gerak silat sebagai berikut:
a.Kaki: terdiri dari gerak kuda-kuda, adeg-adeg
masekon rengkuh, deku depok dan lain-lain.
b.Tangan: terdiri dari gerak mengepal, tonjok,
gibas, meupeuh, keprok, kepret.
c.Kepala: mengikuti arah tangan bergerak yaitu
ke depan, ke kiri, ke kanan dan ke belakang.

F.Busana Seni Rudat

Dalam menyajikan kesenian Rudat penari menggunakan kostum seragam yang menandakan bahwa mereka harus hidup rukun dengan tetangga. Bentuk kostum terdiri dari:
Busana Pria
: Celana Pangsi Hitam, Baju putih, Kopiah,
kain samping batik.
Busana wanita
: Celana pangsi hitam, baju putih,
selendang, kain samping batik, dan tutup kepala.

G.Penyebaran dan Ketokohan Seni Rudat

Penyebaran seni Rudat yang paling banyak di propinsi Banten terdapat di Kabupaten Serang diantaranya di Kecamatan Serang, group Rudat Al-Raudah, pimpinan H. Sunal Murad, dan seni Rudat IKPK pimpinan Drs. Marhumi, Rudat Nursyamsu pimpinan Hudari, Jamiatul Fata Kebon Jahe pimpinan Sulaiman, Grup Kitapa pimpinan Tb. Ruchyat Zein, Rudat Mekar Jaya pimpinan M. Sape’i, di Kecamatan Ciruas terdapat Grup Rudat Pamong Pimpinan Kasan dan Rudat Singamerta pimpinan Asad. Sedangkan di Kecamatan waringin terdapat kelompok Rudat grup pimpinan Ma’mun, di Kecamatan Kasemen terdapat Rudat Sukabela pimpinan Romli, di Kecamatan Cibeber terdapat Rudat Bentola pimpinan Mastar. Di Kecamatan Baros terdapat kelompok Rudat Nagara Tiis pimpinan Sidik, dan di Kecamatan Walantaka terdapat Kelompok Rudat Gapra pimpinan Samhudi. Sedangkan di Cilegon terdapat Kelompok Kesenian Rudat pimpinan Mastar dan kelompok Rudat Kadipaten pimpinan HM.Sulaeman.

1 Response to "Kesenian Rudat"

Leave a Comment