Saya akan coba suguhkan artikel mengenai Sejarah Kesenian Debus Banten yang
merupakan salah satu kesenian Banten yang menjadi ciri khas daerah yang terkenal dengan keindahan berbagai objek wisata tersebut.
Menurut sebagian banyak sumber sejarah kesenian debus Banten bermula pada abad 16 masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570) Debus mulai dikenal pada masyarakat Banten sebagai salah satu cara penyebaran agama Islam.
Veri kedua Debus berasal dari daerah Timur Tengah bernama Al-Madad pada abad 13 M dan diperkenalkan ke daerah Banten ini sebagai salah satu cara penyebaran Islam pada waktu itu.
Versi ketiga Debus berasal dari ajaran tarekat Rifa’iyah Nuruddin Ar-Raniry ke Aceh dan masuk ke Banten pada Abad 16 M oleh para pengawal Cut Nyak Dien (1848—1908 M) yang diasingkan pemerintah Belanda ke Sumedang. Salah seorang pengawal yang menguasai Debus memperkenalkan serta mengajarkannya pada masyarakat Banten.
Tarekat Rifa’iyah mengajarkan rasa gembira saat bertemu Allah Swt atau disebut epiphany, nah saat seseorang telah mencapai puncak epiphany dia akan kebal terhadap benda tajam apapun.
Benang merah dari ketiga versi tersebut adalah kesenian Debus sebagai metode penyebaran agama Islam di wilayan Banten pada masa tersebut.
Debus dalam bahasa Arab berarti tongkat besi dengan ujung runcing berhulu bundar. Bagi sebagian masyarakat awam kesenian Debus memang terbilang sangat ektrim. Pada masa sekarang Debus sebagai seni beladiri banyak dipertontonkan untuk acara kebudayaan, upacara adat ataupun hiburan.
Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa (1651—1692 M) Debus menjadi sebuah alat untuk memompa semangat juang rakyat banten melawan penjajah Belanda.
Dewasa ini kesenian Debus merupakan kombinasi antara seni tari, suara serta seni kebatinan dengan nuansa magis. Karena merupakan alat penyebaran agama Islam pada zaman dulu maka kesenian ini dimulai dengan lantunan sholawat dan puji-pujian kepada Nabi Muhammad Saw.
Kesenian Debus yang sering dipertontonkan di antaranya:
Menurut pria yang mendapat gelar doktor kehormatan dari Unicersitas Amsterdam Belanda pada tahun 1985 ini Debus tidak ada kaitannya sama sekali dengan ilmu sihir atau magis karena hal itu merupakan perbuatan Syirik (menyeketukan Allah) dan beliau menegaskan bahwa Debus digunakan pada zaman dahulu untuk melawan kolonial Belanda.
Terlepas dari itu semua kesenian Debus memang sangat berpotensi untuk mengangkat industri pariwisata Banten dimata nasional dan dunia. Atraksi kesenian ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis dan wisatawan lokal.
merupakan salah satu kesenian Banten yang menjadi ciri khas daerah yang terkenal dengan keindahan berbagai objek wisata tersebut.
Menurut sebagian banyak sumber sejarah kesenian debus Banten bermula pada abad 16 masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570) Debus mulai dikenal pada masyarakat Banten sebagai salah satu cara penyebaran agama Islam.
Veri kedua Debus berasal dari daerah Timur Tengah bernama Al-Madad pada abad 13 M dan diperkenalkan ke daerah Banten ini sebagai salah satu cara penyebaran Islam pada waktu itu.
Versi ketiga Debus berasal dari ajaran tarekat Rifa’iyah Nuruddin Ar-Raniry ke Aceh dan masuk ke Banten pada Abad 16 M oleh para pengawal Cut Nyak Dien (1848—1908 M) yang diasingkan pemerintah Belanda ke Sumedang. Salah seorang pengawal yang menguasai Debus memperkenalkan serta mengajarkannya pada masyarakat Banten.
Tarekat Rifa’iyah mengajarkan rasa gembira saat bertemu Allah Swt atau disebut epiphany, nah saat seseorang telah mencapai puncak epiphany dia akan kebal terhadap benda tajam apapun.
Benang merah dari ketiga versi tersebut adalah kesenian Debus sebagai metode penyebaran agama Islam di wilayan Banten pada masa tersebut.
Debus dalam bahasa Arab berarti tongkat besi dengan ujung runcing berhulu bundar. Bagi sebagian masyarakat awam kesenian Debus memang terbilang sangat ektrim. Pada masa sekarang Debus sebagai seni beladiri banyak dipertontonkan untuk acara kebudayaan, upacara adat ataupun hiburan.
Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa (1651—1692 M) Debus menjadi sebuah alat untuk memompa semangat juang rakyat banten melawan penjajah Belanda.
Dewasa ini kesenian Debus merupakan kombinasi antara seni tari, suara serta seni kebatinan dengan nuansa magis. Karena merupakan alat penyebaran agama Islam pada zaman dulu maka kesenian ini dimulai dengan lantunan sholawat dan puji-pujian kepada Nabi Muhammad Saw.
Kesenian Debus yang sering dipertontonkan di antaranya:
- Menusuk perut dengan tombak atau senjata tajam lainnya tanpa terluka.
- Mengiris bagian anggota tubuh dengan pisau atau golok.
- Memakan api.
- Menusukkan jarum kawat ke lidah, kulit pipi atau anggota tubuh lainnya hingga tebus tanpa mengeluarkan darah.
- Mengiris anggota tubuh hingga terluka dan mengeluarkan darah namun dapat disembuhkan seketika dengan hanya mengusapnya saja.
- Menyiram tubuh dengan air keras hingga pakaian yang dikenakan hancur lumat namun kulit tetap utuh.
- Menggoreng telur di atas kepala.
- Membakar tubuh dengan api.
- Menaiki atau menduduki susunan golok tajam.
- Bergulingan di atas serpihan kaca atau beling.
Menurut pria yang mendapat gelar doktor kehormatan dari Unicersitas Amsterdam Belanda pada tahun 1985 ini Debus tidak ada kaitannya sama sekali dengan ilmu sihir atau magis karena hal itu merupakan perbuatan Syirik (menyeketukan Allah) dan beliau menegaskan bahwa Debus digunakan pada zaman dahulu untuk melawan kolonial Belanda.
Terlepas dari itu semua kesenian Debus memang sangat berpotensi untuk mengangkat industri pariwisata Banten dimata nasional dan dunia. Atraksi kesenian ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis dan wisatawan lokal.
This entry was posted on and is filed under banten,debus,debus banten,kesenian,kesenian banten,seni tari. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response.
http://bancir.blogspot.com/
Great Blog, You Are Great Information us. Thanks for sharing this information! multi user warehouse facility in bhiwandi